Rasa
ragu akan proyek Kurikulum baru ini mulai memberikan bercak kotor di benakku
mengenai kurikulum ini. Apalagi disaat tahun ajaranku menjadi ‘kelinci
percobaan’ Kurikulum 2013. Bisa dikatakan kami yang merasakan tahun ajaran ini
di SMA adalah ‘failed project’ nya kinerja pemerintah Indonesia. Para tokoh pendidikan Indonesia yang sudah tua
hingga tokoh yang masih belia memberikan kritikan terhadap proyek pemerintah
akan kurikulum yang baru ini. Aku sudah mempunyai sedikit gambaran tentang
kurikulum seperti apa yang akan aku hadapi. Kurikulum ini juga memasukkan
pelajaran yang seharusnya dipelajari oleh otak-otak kelas 12 yang sudah bisa
dan mampu menangkap maksud dari materi, bukan kepada kami kelas 10 yang masih
remaja yang tentunya labil untuk bisa menangkap materi yang seharusnya
diajarkan kepada kelas 12 dengan waktu yang lebih cepat. Kami masih terbiasa
dengan pembelajaran masa SMP. Namun, pemerintah memberikan kebijakan
kepada guru untuk menuntut siswa menjadi proaktif dalam belajar dengan cara
mencari materi-materi pokok ataupun materi-materi inti dalam suatu Bab atau
suatu materi. Darimana kita bisa mengerjakan yang seperti itu? Guru merekomendasikan melalui internet. Namun tidak semua siswa memiliki internet. Belum juga dengan permasalahan siswa yang sudah pasti tidak
semua memiliki fasilitas Internet. Kenapa bisa tidak memiliki fasilitas yang
seharusnya dimiliki? Karena hak-haknya sudah dimakan oleh para pejabat yang
merasa bahwa dirinya paling benar dan paling baik. Tapi kenyataannya
pejabat-pejabat itu hanya memberikan sampah bobrok untuk masa depan pendidikan
bangsa dibalik sofa yang mereka duduki saat sedang makan pizza yang renyah
diatas penderitaan rakyat yang makan nasi bekas yang menjijikkan. Saus-saus
dalam pizza yang dimakan para pejabat itu tidak sebanding dengan lendir para
hewan pengurai yang sudah menempel pada makanan para rakyat. Apakah seperti ini
yang namanya Indonesia Yang ‘katanya sih’ negara yang mementingkan kehidupan
rakyat? Atau hanya rakyat yang besar? Atau kah rakyat yang bermulut besar? Atau
kah rakyat besar yang bermulut besar? Mengapa bukan kepada rakyat kecil yang
berhati besar? Bukan kepada rakyat kecil yang berkesabaran besar? Bukan kepada
rakyat kecil yang memiliki otak dan pemikiran yang besar? Coba bandingkan perut
mereka yang besar dan diisi oleh barang haram dari hasil milik rakyat kecil,
dengan rakyat jelata yang berperut kering namun berisi hasil jerih payahnya
sendiri? Inikah pemerintahan yang baik? Atau pemerintahan yang busuk?
Apakah para pemerintah tidak
bisa berfikir untuk para orang-orang yang dulu pernah diberi kalimat harapan
olehnya saat konvoi mengelilingi kota menggunakan jeep tua dan dibuntuti oleh
ratusan motor yang membuat bising jalanan kota? Hanya mulut besar kah yang kau
anggap sebanding dengan tempat dudukmu yang besar? Kami rela hanya duduk di
lincak empuk, disaat kalian duduk di sofa yang
busuk. Kami rela hanya berada di kesederhanaan namun bahagia, disaat
kalian berada di kebahagiaan mewah namun penuh dengan kebusukan.
Setelah kalian puas mengitari
kota dengan kalimat-kalimat harapan yang hanya menyesakkan tenggorokan, apa realisasimu?
Apa kalian hanya bisa membuat proyek namun tidak bisa bertanggungjawab akan
keberhasilan proses tersebut? Kasian lah. Kami ini rakyat kecil. Kami hanya
bisa merengek karena kekuasaan ada di tangan kalian. Namun, hati yang bersih ada
di dalam diri kami. Jadi tolong, hargai kami sebagai kerikil-kerikil yang
menopangmu berdiri di ketinggian kursi jabatan Indonesia. Berilah kami
pendidikan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil di masa depan:))